PEMBERIAN SUPLEMEN PADA ANAK

Kerapkali para orang tua mendapatkan informasi yang salah kaprah tentang pemberian kebutuhan suplemen pada anak. Anda sebagai orang tua harus dapat bersikap bijak terhadap hal-hal yang sangat riskan tersebut. Alangkah baiknya sebelum Anda memutuskan untuk memberikan suplemen, terdapat indikasi yang kuat kalau si anak memang membutuhkannya. Suplemen bukanlah makanan melainkan asupan tambahan bagi tubuh yang kekurangan akan zat gizi.

Selama mengonsumsi suplemen, Anda harus perhatikan benar dosis pemberiannya. Untuk membantu konsumen pada umumnya pihak produsen mencantumkan dosis dan aturan pakai pada setiap kemasan. Bahkan suplemen khusus untuk anak juga mencantumkan kategori usia anak.

Mayoritas produsen umumnya menganjurkan agar suplemen diberikan pada pagi hari. Alasannya tak lain karena aktivitas di mulai pada pagi hari dan pada saat itu pula individu membutuhkan asupan tambahan dari suplemen.
Namun pada umumnya pemberian suplemen tersebut ada baiknya Anda kosultasikan dahulu pada dokter guna menghindari kebingungan. Dengan memeperhatikan dosis dan aturan pakai yang tertera pada kemasan serta saran dokter, kesalahan seperti kekurangan maupun kelebihan akan dosisnya dapat dihindari.

Risiko Kelebihan Suplemen
Segala kemungkinan dapat terjadi. Pada anak dengan gangguan kesehatan tertentu yang dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen, pemberian berlebih justru akan menambah masalah. Lalu bagaimana dengan anak yang tidak memberlakukan anjuran dalam mengonsumsinya? Berikut beberapa risiko yang dapat timbul apabila anak Anda kelebihan dalam mengonsumsi suplemen.

Vitamin larut dalam air. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan vitamin C. Apabila semakin banyan kelebihannya, semakin berat kerja ginjal.

Vitamin larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah A, D, E, dan K. Kelebihan vitamin ini akan terakumulasi dalam tubuh terutama pada hati. Kelebihan vitamin A dalam dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan pembesaran hati dengan gejala mual dan muntah, selain tubuh terlihat kuning.
Secara garis besar kelebihan vitamin A, D, E, dan K akan menyebabkan terjadinya timbunan dalam lemak dan di hati yang dapat memicu rasa mual sehingga anak dapat kehilangan nafsu makannya.

Perangsang nafsu makan. Cara kerja suplemen ini adalah menstimulasi saraf tertentu agar mengeluarkan enzim-enzim yang merangsang nafsu makan.
Jika digunakan dalam waktu lama atau berlebih, dikhawatirkan justru berakibat pada enzim-enzim perangsang nafsu makan, dimana yang semestinya muncul secara alamiah tidak akan diproduksi tanpa rangsangan asupan dari suplemen.

Peningkat konsentrasi. Suplemen ini diformulasikan untuk meningkatkan konsentrasi bekerja dengan merangsang sel saraf di otak. Pada anak, kelebihan suplemen ini dianggap merugikan dikarenakan sel-sel saraf anak usia dini sedang mengalami masa pertumbuhan dan berkembang secara alami. Apabila dirangsang secara berlebihan akan terjadi pertumbuhan yang tidak semestinya.
Disini Anda harus dapat memahami bahwa teramatlah wajar bila anak masih memiliki rentang konsentrasi yang relative pendek. Seiring dengan pertumbuhan usia anak, rentang konsentrasinya pun akan bertambah panjang.

Mineral. Kebutuhan akan mineral dibedakan menjadi 2, yakni mineral makro (kalsium, fosfor, magnesium, natrium, klor, kalium, dan sulfur) dan mineral mikro (seng, tembaga, yodium, mangan, fluor, dan kobal).
Kelebihan mineral akan meracuni tubuh. Contohnya, apabila kelebihan akan zat besi akan terakumulasi di hati yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan fungsi hati.

Anjuran Pemberian Suplemen

Anak dalam kondisi sakit atau sedang masa pemulihan. Pada masa saperti ini diharapkan pemberian akan suplemen dapat membantu dalam mencukupi pemenuhan zat gizinya.
Hal tersebut didukung pula dengan nafsu makannya yang belum baik. Dengan demikian pemberian suplemen dapat dianjurkan hingga nafsu makan anak sudah pulih kembali. Suplemen tidak dibutuhkan lagi apabila nafsu makan anak sudah dapat pulih kembali karena asupan zat-zat gizi telah tercukupi melalui makanan.

Anak yang mengalami kurang gizi. Kekurangan gizi pada anak dapat diamati melalui pengamatan fisik, seperti tidak aktifnya si anak, lesu, sering sakit, sering rewel, berat badanya kurang, adanya gangguan fisik, dan gangguan fungsi tubuh tertentu.

Anak memasuki masa pra remaja. Pada masa sepeti ini, sering kali remaja mengalami kekurangan akan zat gizi, baik makro (karbohidrat, protein, dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral) terutama kebutuhan akan zat besi dan vitamin C.

Prinsip Pemberian Suplemen

Tentukan beberapa kebutuhan anak akan zat gizi yang dimaksud.

Dahulukan memenuhi zat gizi yang dimaksud dengan menu makanan sehari-hari.

Pastikan apakah ada gangguan penyerapan zat gizi tertentu pada pencernaannya.

Pelajari cara mengonsumsi suplemen yang efektif.

Pertimbangkan harga dan kualitas produk suplemen (penggunaan tambahan pewarna, pengawet atau gula), bentuk yang sesuai untuk dikonsumsi anak, mengonsumsi secara konsisten (sampai gejala pulih).

Lakukan evalusi efek suplemen secara periodik.

Sumber:
dr Dwi Wastoro Dadiyanto, SpA. Kolom Sehat hal 21. Suara Merdeka. 2009

Download Artikel PDF