Pages

Saturday, November 21, 2009

Home » » Sekedar Mitos Tentang ASI

Sekedar Mitos Tentang ASI

Di zaman era moderenisasi sekarang ini Anda mungkin sering kali mendapatkan berbagai ‘nasihat’ yang berbau anjuran atau larangan saat masa menyusui. Seringkali kita mendapat kata “tidak boleh ini lah”, “harus begini lah” dan bla-bla lainnya. Padahal, bagaimana apabila itu hanyalah mitos belaka.


Mitos: Sebelum menyusui ASI yang pertama kali keluar harus dibuang dulu karena kotor.

Fakta: Tidak perlu dibuang. ASI yang pertama keluar sesaat setelah melahirkan disebut Colostrum. Dalam Colostrum terdapat banyak antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh. Sebelum menyusui, ibu boleh mengoleskan ASI kepada putting dan sekitarnya untuk membunuh kuman.


Mitos: ASI basi

Fakta: Tidak ada istilah ASI basi selama ASI masih ada di dalam payudara ibu. ASI selalu dalam keadaan terlindungi dalam payudara yang telah disesuaikan keadaannya dengan suhu tubuh. ASI dianjurkan untuk tidak diberikan dalam suhu ruang setelah 8 jam. Jika disimpan di dalam kulkas dapat bertahan 2 minggu., apabila di suhu freezer dapat bertahan 2 bulan.


Mitos:  ASI dapat berubah warna dan rasa

Fakta: Rasa ASI memang bisa berubah dan lebih variatif sesuai dengan makanan yang dikonsumsi ibu. Warna ASI juga dapat berubah sesuai kebutuhan zat gizi yang dperlukan oleh bayi. Misalnya Colostrum atau ASI yang pertama kali keluar berwarna kekuning-kuningan. Beberapa hari kemudian, ibu memproduksi mature milk (susu matang) dengan komposisi: pertama, foremilk, selama 5 menit pertama ASI keluar berwarna kebiru-biruan dan encer yang mengandung protein, laktosa. Kedua, hindmilk, berwarna putih dan mengandung banyak lemak.


Mitos: Makanan pedas dan bersantan dapat menyebabkan diare apabila ibu mengonsumsinya.

Fakta: Tidak pernah ada bayi diare hanya karena makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Meskipun demikian, sebaiknya ibu jangan mengonsumsi makanan yang terlalu merangsang karena ada juga bayi yang menjadi kembung.


Mitos: Ibu menyusui tidak boleh minum es karena dapat menyebabkan bayi pilek.

Fakta:  Sebenarnya tidak demikian, hal itu tidak berhubungan sama sekali. Suhu ASI di dalam payudara tetap hangat 37°C. Apapun yang telah dikonsumsi ibu akan diserap oleh darah dan akan diproduksi menjadi ASI.


Mitos: Semasa menyusui ibu harus makan dua porsi lebih banyak.

Fakta: Yang benar, ibu harus dapat memperhatikan menu seimbang dalam mengonsumsi makanan, tentunya dengan memperhatikan keseimbangan dan kecukupan gizinya. Jika ibu merasa lapar silakan makan, tetapi berhenti sebelum kenyang (kekenyangan). Sebaiknya ibu tidak melakukan diet karena dapat mempengaruhi komposisi ASI serta produksinya pun akan berkurang.


Mitos: Payudara besar berarti ASI banyak

Fakta: Hal itu tidak benar. Ukuran payudara yang besar menandakan banyaknya lemak yang menunjang. Sedangkan banyak atau sedikitnya produksi ASI tergantung pada gudang ASI yang terdapat kelenjar-kelenjar susu yang dapat menghasilkan ASI. Setiap ibu mempunyai kelenjar yang banyaknya kurang lebih sama.


Mitos:  Payudara menjadi kendur bila menyusui.

Fakta: Justru proses menyusui menyebabkan payudara menjadi kencang. Hal ini terjadi karena adanya kontraksi otot-otot dan kelenjar payudara.


Mitos:  Bayi dengan ASI eksklusif akan sulit diberi makanan pendamping.

Fakta: Justru bayi yang mendapat ASI eksklusif nantinya lebih mudah menerima variasi makanan pendamping. PAsalnya, bayi telah terbiasa memperoleh rasa ASI yang variatif.


Mitos : Setelah ASI bekerja, produksi ASI akan berkurang.

Fakta : Tidak selalu. Caranya, sebelum dan setelah bekerja, ibu tetap memberikan ASI langsung kepada bayinya. Sementara selama ibu bekerja, ASI tetap dikeluarkan dengan cara diperah tiap 3 jam sekali. Kalau hanya diperah saja tanpa disusukan langsung, produksinyapun akan berkurang karena isapan bayi dapat merangsang kerja otak untuk menghasilkan hormone prolaktin.


Mitos : Bila bayi kuning, ASI harus dihentikan.

Fakta : Bayi kuning awal biasanya terjadi di hari kedua atau kesepuluh dalam kehidupannya. Untuk mencegah agar tak semakin parah, justru sangat dianjurkan pemberian ASI yang lebih banyak. Jadi, jangan batasi frekuensinya dan tak perlu memberi tambahan cairan lain.

 

Sumber: Nakita, Juni 2009

 

Download artikel PDF, klik disini




Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment